plus minus pandemi adalah kau lebih sering berada di rumah karena tidak bisa bepergian, apalagi wisata dan liburan. masih untung walau merantau di jakarta, ada beberapa kali kesempatan wfh, dari jogja. salah satu aktivitas baru yang kutemukan untuk mengisi waktu pagi atau sekedar berwisata tanpa beban bertemu orang adalah cycling aka pit-pitan. lokasi gowes pun ditentukan kemana stang sepada mengarah, dan durasinya tergantung kaki yang kekuatan kaki mengayuh pedal.
dari beberapa minggu pit-pitan akhirnya aku menemukan lokasi wisata yang dapat ditempuh dari tengah jogja tapi ga ngoyo. untuk yang mau mencoba, aku mulai dari rute jogja timur yang sudah tervalidasi memiliki beberapa perhentian, baik dari tempat wisata maupun sejarah budaya. kring kring...
lava bantal
berada sekitar 10 km dari pusat kota, kau dapat mencapai lokasi ini dengan bersepeda santai sekitar 30 menit. dari tengah kota lurus ke timur melalui gembira loka sampai ke ring road. melalui pasar bantengan dan spbu berbah -pom bensin dengan pemandangan paling menawan, versiku- lalu ikuti jalan. setelah pom bensin kau akan disajikan pemandangan persawahan sampai ke lava bantal.
banyak saung lava bantal untuk tempat istirahat, bangunan putih adalah toilet umum |
dinamakan lava bantal karena batuan yang terbentuk dari lava menyerupai bantal, mblenduk-mblenduk. di sini terdapat beberapa saung untuk leyeh-leyeh sejenak, membuka ransum, bekal makanan dan minuman. untuk yang ingin bermain air, kau bisa turun ke sungainya. ada juga jembatan biru di bagian belakang yang sayang dilewatkan.
tidak ada tiket masuk untuk tempat yang secara keseluruhan bersih ini. tetapi disediakan kotak donasi seikhlasnya. tersedia banyak tempat sampah dan juga toilet umum. ada juga pendopo dan warung sederhana jika kau tidak membawa bekal. this is my favorite place to spend my weekend. jika butuh jeda sejenak dari kota jogja, kau bisa memilih tempat ini lalu kembali. jika ingin mengayuh lebih jauh lagi, ada tempat tak jauh dari sini yang juga menarik untuk dikunjungi.
that's why i call 'my favorite place to spend my weekend', bahkan saat ga ada ide pergi kemana dengan ibuk larinya selalu nongkrong di sini |
gua jepang
jogja memiliki beberapa gua jepang. aku pernah mengunjungi salah satunya di kawasan hutan wisata kaliurang. ternyata di sebelah timur jogja juga terdapat gua jepang. kira-kira 15 menit perjalanan dari lava bantal dengan bagian akhir jalanan najak.
berbeda dengan gua jepang di kaliurang, gua ini -menurut keterangan yang tertulis di bagian depan- adalah tempat pertahanan untuk mengamankan fasilitas vital yaitu lapangan udara maguwo -atau yang saat ini disebut adisucipto-. gua ini digunakan sebagai gudang amunisi. terdiri dari 4 pintu, bagian dalam gua ini saling terhubung dan gelap. walaupun sudah dilengkapi papan nama dan cerita sejarah di bagian depan, tapi fasilitas wisatanya masih kurang karena berada di tengah pemukiman warga.
pintu gua terbuat dari batu bata sedangkan bagian dalam dibiarkan dari batuan cadas tempatnya berada |
jika dilihat dari struktur mulut gua, dapat dipastikan bahwa gua ini memang dibuat sebagai 'bangunan', bukan ceruk persembunyian seperti di kaliurang. terdapat sisa batu bata yang masih dapat terlihat jelas di bagian mulut gua. juga ada jalur semacam rel yang ada di bagian dalamnya.
candi abang
berada di ketinggian, untuk gowes ke sini diperlukan banyak usaha. apalagi trek akhir menuju candi, sudah nanjak, medannya beragam antara tanah dan bebatuan. stuktur batuannya pun mirip dengan lava bantal. aku masih pemula untuk berani tetap berada di sepeda dengan trek seperti ini. sekitar 10 meter terakhir terpaksa nuntun karena takut tergelincir.
perjalanan awal menuju candi abang, semakin ke atas ukuran batuan semakin besar |
tidak ada bangunan candi di puncak candi abang. berbeda dengan candi atau situs lain yang banyak ditemukan di seputaran jogja yang terbuat dari batu, candi ini terbuat dari tanah liat. itu jugalah yang menjadi asal nama candi ini, tanah liat yang bewarna merah. namun karena terbuat dari tanah liat, maka reruntuhan candi tidak mampu bertahan dari usia, bangunan yang semula diduga candi kalah dengan tanaman dan rumput liar sehingga hanya tersisa gundukan hijau.
sedikit pemandangan candi abang yang bebas rombongan sepeda |
lingga yoni candi abang bukan terbuat dari tanah liat dan alas di sekitarnya yang tidak ditumbuhi rumput |
aneh juga jika memang candi ini terbuat dari tanah liat, mengapa terdapat lingga yoni dari batu yang ada di sampingnya. keberadaan lingga yoni terasa agak janggal di ketinggian tanpa teman. tapi memang tempat tinggi ini menjadi lokasi yang cocok untuk istirahat gowes, setelah nanjak mulu sejak gua jepang, pelataran candi yang penuh rerumputan pas untuk selonjoran. belum lagi pemandangan jogja dari ketinggian, hamparan hijau di bawahnya. memang nikmat itu butuh usaha.
gua sentono
ini adalah bonus gowes jogja timur. lokasinya tidak jauh dari jalan besar tetapi aku sengaja memasukkannya di akhir perjalanan supaya ga keburu males ke spot-spot nanjak. turun ke gua sentono dari candi abang adalah bonus yang sangat memanjakan dengkul. hampir selama perjalanan hanya meluncur lurus ke bawah, dari arah utara tinggal belok sedikit ke kanan sebelum jalan raya.
ceruk pertama gua sentono yang sangat berkesan, inikah perlakukan terhadap banguan yang merupakan cagar budaya? tidak beda seperti gudang bahkan lebih parah |
seperti gua jepang, situs peninggalan ini belum dikelola dengan baik. hanya ada papan petunjuk tetapi serupa tempat yang ditinggalkan. padahal ada kemungkinan tersimpan sejarah kuno yang setua dengan candi-candi di sekitarnya.
ceruk kedua gua sentono, merupakan ceruk yang paling berupa situs. dengan relief, lingga yoni dan lubang pemujaan |
ceruk ketiga gua sentono yang dikatakan berisi ukiran kura-kura. menurut kalian? |
gua sentono terdiri dari 3 ceruk yang isinya berbeda-beda. ceruk di utara terdapat batuan semacam lingga yoni, ceruk tengah terdapat batuan serupa dan juga pahatan dinding, sedangkan ceruk selatan terdapat pahatan dinding seperti siluet patung dewa. tapi anehnya penjelasan yang ditulis di sini dikatakan ukiran kura-kura -dilihat dari mana?!?-.
ok, sepertinya gowes ringan ke timur lebih seperti perjalanan sejarah. sedikit miris dengan kemampuan arkeolog balai pelestarian cagar budaya jogja yang memberikan keterangan demikian. bukan bearti meremehkan, tetapi lebih baik memberikan informasi minimal daripada salah informasi. mungkin perlu upaya banyak pihak supaya penemuan peninggalan sejarah ini tidak hanya terkesan seperti situs yang ditinggalkan. apalagi dengan belum ada upaya konservasi apalagi restorasi situs-situs tersebut.
ps: jika kau ingin gowes ke lokasi-lokasi ini, sebisa mungkin jangan minggu pagi. beberapa spot akan ramai dengan rombongan sepeda. bukan hanya rider tetapi juga mereka yang latah sepedaan yang kadang kurang toleran. -***-
0 comments:
Post a Comment