rumah makan nyaman di gianyar. inilah keyword yang aku gunakan sampai menemukan jineng bali agro. tempat yang memiliki tagline eco eat and relax ini benar berada di tengah persawahan. sepanjang perjalanan ke sini kau hanya akan menemukan sawah di kiri kanan jalan.
beruntung tempat ini memiliki tempat parkir luas di bagian depan sehingga mudah ditemukan di antara hijaunya persawahan. lokasinya cocok untuk bersantai sambil menghirup udara pedesaan karena banyak ruang terbuka. bangunan yang ada pun berbentuk rumah sasak dengan beberapa meja yang dibangun di atas kolam.
rumah sasak utama di bagian depan digunakan untuk acara kelompok atau pesanan prasmanan |
untuk kunjungan kelompok disarankan menggunakan rumah sasak yang terdapat meja panjang. sedangkan kami karena 2 orang menempati gazebo di atas kolam yang ternyata sangat sensitif terhadap goncangan. saat kami datang terjadi gempa ringan yang hanya kami rasakan dan tidak dirasakan pengunjung lain.
di bagian belakang terdapat kolam dan bean bag, sesuai dengan konsep relax yang mereka tawarkan. selain untuk bersantai, jineng bali agro juga menawarkan beberapa aktivitas seperti memberi makan ikan, memancing, agro tour, trekking dan cycling. kami mengetahui berbagai aktivitas ini lokasi. mencobanya? tentu tidak, karena kami ke sini untuk makan.
menu andalan mereka seperti mujair nyat-nyat, kakul suna cekuh dan es jimbal. aku skip kakul yang merupakan keong sawah dan mencoba mujair nyat-nyat (25k) belum termasuk nasi (5k) dan es jibal (15k). sedangkan rista memesan gurami bakar (38k) belum termasuk nasi.
mujair nyat-nyat |
ntah karena sudah jam makan atau karena pemandangan, rasa dan harganya sangat memuaskan. ini adalah kali pertama aku mencoba mujair nyat-nyat, ikan mujair goreng dimasak dengan kuah encer tapi kaya rasa. aneka rempah yang dimasukkan kedalamnya umami, manis, asin, asam, gurih bahkan pedas. sayuran yang ada juga tidak terlalu lunak dan mempertahankan teksturnya. sedangkan es jimbalnya cukup banyak isi mulai dari jeli sampai aneka buah.
sedangkan gurami bakarnya menurut rista standard, karena gurami tidak pernah gagal. menikmati menu mimuman kami sambil memandang matahari terbenam adalah pengalaman tersendiri di sini. sedangkan makanannya kami bawa ke penginapan karena kami masih awam dengan jalan persawahan. sebelum terlalu gelap, mari pulang dan menyantap makanan.
0 comments:
Post a Comment