candi tebing gunung kawi, pahatan alam seniman lampau

candi tebing gunung kawi
gunung dibelah dijadikan jalan, atau gunung dilubangi dijadikan terowongan. sering kita dengar. tapi bagaimana dengan gunung dipahat dijadikan candi? pernah mendengar atau bahkan melihatnya? ternyata di indonesia kuno ada kemampuan yang menghasilkan karya demikian.
candi yang dipahat pada tebing gunung
bagian-bagian candi tebing gunung kawi
pahatan candi ini ditemukan di gunung kawi, tampaksiring, gianyar, bali. berbeda dengan gunung kawi, jawa timur yang terkenal karena mitos pesugihannya, gunung kawi di tampaksiring memiliki arti lain. kawi dalam bahasa bali bearti pahatan. candi tebing gunung kawi merupakan candi yang dipahat di tebing gunung. candi ini dipahat pada tebing batu padas yang berada di samping sungai pakerisan pada abad ke-11
harga tiket sudah termasuk kain, wajib digunakan untuk yang tidak menggunakan penutup kaki di bawah lutut. bisa juga menggunakan kain sendiri jika tidak ingin menggunakan kain di sini
jalan menuju candi, turun tapi rapi dan aman dilalui
tiket masuk seharga 30ribu, sudah termasuk peminjaman kain penutup kaki. waktu tempuh ke candi sekitar 15 menit. mayoritas rute yang dilalui adalah anak tangga turun dengan 3/4 perjalanan menyajikan pemandangan persawahan terasering. jika tidak sempat ke tegalalang, setidaknya kau sudah mencicip pemandangan hijau khas bali.
pemandangan sawah terasering menuju candi tebing gunung kawi
tidak luas tapi belum sah kalau belum turun ke sawah 
sekitar 100 meter sebelum gerbang komplek candi, perjalanan berubah menjadi membelah batu padas. tidak terbayang pada masa itu para pekerja mengeruk batuan padas demi pembuatan jalan masuk. setelah gerbang ini, candi tebing terbagi menjadi 2 bagian, barat sungai dan timur sungai
jalan membelah batuan padas menuju gerbang candi tebing gunung kawi
gerbang candi tebing gunung kawi
tidak seperti kebanyakan candi di bali yang disusun dari bata merah atau batu gunung, candi di sini terbuat dari batuan utuh. ada sumber yang mengatakan bahwa candi ini adalah tempat persemayaman raya udayana yang merupakan keturunan wangsa warmadewa. tetapi seperti biasa, sejarah budaya di indonesia belum terdokumentasi sempurna sehingga belum lengkap dan mendukung sebagai informasi wisata. wangsa warmadewa merupakan dinasti pertama yang menguasai bali. keturunan warmadewa lainnya yang juga memiliki peninggalan di tampaksiring yaitu indrajayasingha warmadewa, raja yang membangun tirta empul
candi tebing di sisi barat
absen, biar ga keliatan pergi sendiri
apakah benar candi tebing gunung kawi merupakan makam raja dan keturanannya? sejak ditemukan pertama kali pada 1920 oleh peneliti belanda, belum ada kesimpulan konklusif tentang tempat ini. tetapi lokasi ini sekarang digunakan sebagai tempat ibadah dengan dibangunnya pura di sekitarnya. sedangkan untuk pahatan asli yang masih terlihat adalah 2 komplek candi yang berhadapan mengapit sungai pakerisan, salah satu sungai yang dikeramatkan di bali.
sisa ceruk bagian kiri terlihat yang cukup luas walaupun sebagian sudah tergerus abrasi. kemungkinan adalah sebuah ruangan pada masanya. sedangkan ceruk bagian kanan hampir tidak berbekas yang saat ini tertutup dengan bale piasan
abrasi tidak hanya pada ceruk tetapi juga candi. abrasi paling parah dialami candi bagian selatan. selain ceruk dan candi, ornamen lain bisa dibilang masih utuh. begitu juga lubang air yang terdapat pada bagian depan masing-masing candi, lengkap ada 4, hanya saja sudah tidak berfungsi mengalirkan air. semacam bale pengaruman di sebelah kanan adalah bangunan baru yang penyusunnya sangat kontras dengan batuan candi
komplek di sebelah barat sungai adalah yang pertama kali kita temui dari gerbang masuk. komplek ini terdiri dari 4 candi yang diprediksi sebagai kuil untuk selir dan anak raja udayana. di sebelah kiri dan kanan candi terdapat ceruk yang diperkirakan sebagai ruangan besar. tetapi ceruk bagian utara sudah rubuh dan saat ini digantikan dengan bale-bale. komplek barat ini banyak mengalami abrasi tetapi pahatan candi masih bertahan dengan bentuk aslinya.
hampir semua bagunan candi masih bertahan dengan bentuk aslinya. kecuali keberadaan sanggah pamerajan dan lantai pelataran yang disusun dari batuan baru
sanggah pamerajan, bangunan baru menggantikan ceruk sebelah kanan
dalam perjalanan menuju ke bagian timur sungai, terdapat ceruk-ceruk lain yang lebih kecil tanpa keterangan. komplek bagian timur terdiri dari 5 candi. diperkirakan sebagai bagian utama candi, komplek ini dianggap sebagai tempat pemujaaan terhadap arwah raja udayana. kelima pahatan candi yang ada di sini lebih utuh dibandingkan dengan komplek bagian barat. ceruk yang mengapit candi pun masih terlihat jelas sebagai ruangan berpartisi
jembatan di atas sungai pakerisan, merupakan penghubung candi tebing gunung kawi bagian barat dan timur. pura di bagian belakang adalah bangunan baru
candi tebing di sisi timur
peninggalan lainnya yang masih terlihat jelas adalah kolam aktif. walaupun tidak ada keterangan apakah ini hasil pemugaran atau memang asli peninggalan. karena jika diperhatikan lebih seksama, lubang air yang ada di atas kolam terbuat dari semen, bukan dari pahatan batuan seperti yang ada bagian bawah setiap candi. komplek candi di sebelah barat juga memiliki pahatan batuan yang kemungkinan adalah lubang air tetapi sudah tidak aktif mengalirkan air lagi. lubangnya pun sudah tertutup rerumputan, mungkin karena abrasi hebat yang terjadi pada sisi barat. 
highlight sisi timur candi tebing adalah kolam yang masih aktif
kami tidak dapat naik ke pelataran candi karena digunakan untuk photo shoot
kekaguman kembali muncul saat menyadari bahkwa komplek ini dibangun pada abad ke-11. bagaimana seniman pada masa itu mendesain komplek ini dengan simetris dan berukuran besar? bagaimana para pekerjanya membelah batu padas untuk menghasilkan karya sesuai dengan imajinasi sang seniman? kekaguman ini membawa suasana magis selain dari vibe lokasinya sendiri.
tapi masih beruntung dapat pemandangan candi sisi timur yang dikatakan sebagai candi utama. padahal di sebaliknya banyak tumpukan tripod dan ransel2 kamera milik para pemburu foto 
sungai pakerisan yang mengalir di antara candi tebing. suara arus airnya, seakan menjadi pengiring doa ke sang hyang widhi
letaknya yang mengapit sungai pakerisan membuat dimana pun kau berada pada kompleks ini, suara alam, gemercik air menjadi back sound. ketenangan yang magis semakin membuat tempat ini terasa sakral. belum lagi pura yang dibangun di sekitarnya. tetapi  apakah pura ini dibangun dalam posisi aman? atau apakah ada situs yang dikorbankan demi pembangunan pura? mungkin para arkeolog yang lebih dapat menjawabnya.
pura di candi tebing gunung kawi. batu penyusunnya sepertinya sudah cukup tua. tapi apakah pura ini dibangun di lahan kosong atau mengambil sebagian situs peninggalan? tidak ada keterangan
sebagai orang awam, aku hanya bisa mengatakan, selama trip di bali, tempat inilah yang paling nyaman. apakah komplek ini adalah makam atau tempat pemujaan? yang terlihat olehku adalah kemegahan candi yang diukir pada batu padas. kekaguman pada nenek moyang bali yang berhasil mendatangkan perasaan nyaman lahir batin. jembatan penghubung dengan leluhur juga kedekatan dengan alam. gemercik arus sungai dan latar yang mendukung. pantas saja ada yang mengatakan bahwa ceruk-ceruk kecil di komplek ini adalah tempat meditasi.
siapa yang bisa menghindari pesona candi tebing gunung kawi? masih susah move on dari pemandangan ini 
satu kekurangannya hanyalah serangga. jika kau tidak bermasalah dengan serangga maka aku pastikan tempat ini adalah tempat paling nyaman. tetapi jika kau bermasalah dengan serangga, pastikan membawa repellent atau lotion anti serangga. kurangnya informasi tentang ini membuatku pulang dengan banyak bentol-bentol di sekujur badan.
***
previous
next:
NewerStories OlderStories Home

0 comments:

Post a Comment