menikmati berbagai makanan korea di jungang market

jungang market
jungang market
tempat pertama yang kami tuju begitu sampai di gyeongju adalah pasar malam. maklum, kami sampai saat hari sudah petang, setelah perjalanan panjang dari juwangsan, dengan kelelahan dan kelaparan. untungnya rute menuju penginapan dari gyeongju bus terminal melewati jungang market yang langsung menarik perhatian mata dan perut kami.

masuk ke sini seakan masuk ke food zone. kedai makanan berderet rapi di tepian dengan tempat makan di bagian tengah. meja disediakan dengan bangku-bangku pendek bergerombol. aneka makanan dijual, mulai dari makanan barat, timur tengah dan tentunya makanan korea.
deretan penjual makanan dengan tempat makan di bagian tengah pasar
jungang market adalah pasar lokal yang beroperasi dari pagi sampai sore hari. tapi setiap 5 hari sekali ada semacam pasar tiban di petang sampai dengan malam hari yang khusus menjual makanan. event ini banyak digunakan muda-mudi lokal maupun keluarga untuk berkumpul atau sekedar hang out saat pulang kerja. dan kami beruntung ada di gyeongju saat event berlangsung.
beberapa penjual pasar yang masih berjualan di malam hari
berkeliling di tempat makan dalam kondisi lelah dan lapar ternyata bukan hal yang mudah. banyaknya pilihan makanan justru membuat kami semakin tidak fokus dalam menentukan pilihan yang akan kami makan. akhirnya rista justru memilih menu sederhana, tteokbokki. sedangkan aku memilih sundae karena belum menemukan makanan ini di indonesia.
tteokbokki walau seperti hanya dibungkus plastik tapi masih ada paper cup-nya di bagian luar
bagaimana rasanya? tteokbokki seharga ₩ 5.000 yang rista pesan ternyata jauh di bawah ekspektasi. berharap memakan makanan pedas yang hangat untuk menyegarkan mood dan tenaga yang hilang setelah pendakian. ternyata rasanya cenderung plain untuk lidahku, tidak sebanding dengan warnanya yang tampak merah bergairah. rista yang memesan makanan saja juga kurang puas dengan apa yang dia makan dan berujung melipir ke toserba yang ada di dalam pasar.
penjual sundae dan tumisan seafood
sementara rasa sundae ₩ 5.000 yang aku pesan tidak terlalu mengecewakan. rista tidak bisa makan makanan ini karena tidak tahan dengan aroma darah babinya. mungkin aku terbiasa dengan makan saren -darah ayam yang direbus dan biasanya dimasak dengan bumbu bacem- di jogja sehingga tidak terlalu kaget dengan aroma dan teksturnya. penasaran justru, apakah sesama menu berbahan dasar darah ini akan memiliki rasa yang serupa?

saren di jogja terbuat dari darah ayam tanpa tambahan yang memiliki taste manis ringan. sedangkan sundae korea yang berasal dari darah babi memiliki taste manis dan cenderung berat. selain karena glass noddle yang dicampur dengan darah dimasukkan ke dalam usus babi, rasa berat ini juga berasal dari aneka saus yang digunakan. belum lagi irisan bawang bombay dan ntah daun apa, membuat makanan ini lebih cocok dimakan bersama dengan nasi. tetapi karena porsinya cukup besar untukku dan rista tidak mau diajak share akhirnya aku putuskan memakan sundae tanpa nasi.
sundae before-after diaduk, glass noodle-nya gendut-gendut, gimana ga kenyang
selain rasa manis, sundae juga memiliki rasa pedas ringan yang lebih cepat hilang dibanding dengan aroma daun yang digunakan sebagai taburan. ntah mengapa aku mudah terganggu dengan aroma dedauan yang asing atau belum pernah kumakan. seperti dedauan di makanan thailand. that's for me

sementara rista tidak terganggu dengan aroma daun ini dan lebih terganggu dengan aroma darah. mungkin untuk yang tidak terbiasa, sundae akan terasa aneh pada awalnya. tapi untuk yang terbiasa dengan aromanya pun, menghabiskan 1 porsi ini sendirian cukup membuatku eneg kekenyangan :D   
NewerStories OlderStories Home

0 comments:

Post a Comment